Senin, 16 Maret 2009





REALISASI TAJDID DI PONDOK PESANTREN AT-TAJDID
Mungkin begitulah tujuan dari gerakan Persyarikatan yang didirikan oleh KH.A Dahlan pada tanggal 12 November 1912 ini, selain dari dakwah yang bersifat ijabah, yaitu mengajak umat untuk menganut agama Allah, tetapi dakwah yang bersifat Tajdid yaitu pembaruan atau mengembalikan pemikiran umat untuk memurnikan ajaran Islam dengan mengembalikan acuan hanya kepada Al-Quran dan As-Sunnah yang sebenar-benarnya.

Seiring dengan hal tersebut, maka berdirilah Pondok Pesantren At-tajdid Muhammadiyah pada tahun 1999 di bawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Singaparna bertepatan dengan beralihnya Orde Baru menuju Reformasi dengan harapa reformasi bukan hanya di dalam pemerintahan saja, akan tetapi reformasi dalam pemikiran ajaran Islam terutama menghilangkan kepercayaan yang meusak Aqidah : Tahayul, Bid’ah dan Khurafat yang pada saat itu masih merajalela di kalangan masyarakat karena kurangnya mubaligh yang memberikan penjelasan akan bahaya hal tersebut.

Dengan kurikulum perpaduan antara kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum pesantren yang lebih ditekankan kepada penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab serta kemampuan membaca Kitab Kuning atau Kitab Klasik Salafi, sehingga wawasan peserta didik tidak hanya terbatas pada masalah Duniawi (umum), akan tetapi diseimbangkan dengan wawasan Ukhrawi (agama) demi terciptanya ulama yang intelek dan mampu merespon segala dinamika kehidupan masyarakat serta mampu bersaing di era globalosasi.
Alhamdulillah di masa usianya yang baru sepuluh tahun, Pesantren At-tajdid telah banyak meraih prestasi baik akademik maupun non-akademik baik itu tingkat Kabupaten, Provinsi bahkan Nasional.

Di tingkat Kabupaten dan Provinsi, rata-rata meraih prestasi lewat jalur lomba pidato Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia serta Paskibra / LKBB. Sedangkan di tingkat Nasional, Pondok Pesantren At-Tajdid pernah menjadi Peserta Pavorit dalam Musabaqah Hifdzul Quran wal Hadits (MHQH II) pada tahun 2003, semua itu tidak lepas dari dukungan PCM Singaparna dan PDM Tasikmalaya serta staff pengajar dan pembimbing yang senantiasa setia mengayomi para kader ulama Muhammadiyah masa depan ini.

Adapun kitab yang diajarkan kepada para santri di antaranya : Fathul Majid, sebagai pondasi penanaman aqidah dan ketauhidan; Ayatul Ahkam, yang mendasari hukum-hukum syari’at dalam bermasyarakat. Sedangkan untuk bimbingan akhlaq dan fiqh, santri kitab Minhajul Muslim dan Bulughul Maram dengan dibarengi kitab Musthalahul Hadits agar siswa mampu menilai kualitas suatu hadits.

Untuk mempersiapkan santri menghadapi kehidupan masyarakat yang mungkin bersifat heterogen, maka pada tingkat akhir yakni kelas VI, mereka diwajibkan mengikuti Praktek Khidmat Lapangan (PKL) yang pelaksanaannya diprioritaskan di daerah-daerah terpencil untuk memperkenalkan metode pengajaran yang modern serta mengamalkan ilmu yang telah dipelajari sesuai dengan kemahiran dan potensi yang mereka miliki yang selama enam tahun dikaji dan dipelajari.

Dalam rangka menyambut santri baru 2009/2010, Pondok Pesantren At-Tajdid berusaha melengkapi dan memperbaiki sarana prasarana serta mengoptimalkan kegiatan ekstrakurilkuler seperti : marching band ; Hizbul Wathan ditambah dengan Saka Bhayangkara dan Pasukan Keamanan Sekolah (PKS) yang dilatih langsung oleh kepolisian Tasikmalaya untuk diterjunkan praktek membantu kepolisian setiap Bulan Suci Ramadhan dalam mengatur lalu lintas dan keamanan pengemudi ;

Mengutif dari Firman Allah dalam Quran Surat Ali-imran ayat 104, bahwa harus ada segolongan umat yang mampu menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka sebagai kader Muhammadiyah harus mampu menginstruksikan dan memerintahkan diri sendiri sehingga tidak ada kesan hanya menyuruh orang lain, akan tetapi mengajak orang lain untuk ber’Amar Ma’ruf Nahyi Munkar. Begitulah yang diusahakan pengasuh Pesantren At-Tajdid agara para lulusan mampu menjadi suri tauladan bagi keluarganya dan pada masyarakat umumnya ketika dia kembali mengabdikan diri mereka di lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu, seorang cendekiawan pesantren tidak cukup sekedar menjadi alim tetapi juga harus faqih. Menjadi pelopor sekaligus penggerak berbagai strategi dalam pengembangan peradaban dan pembangunan umat. Hal ini karena pesantren sesungguhnya telah memilik potensi besar dalam bentuk sumber daya manusia , di mana dengan sedikit polesan modernitas pesantren akan tampil menjadi kekuatan baru yang mampu menyeimbangi gerak laju lokomotif developmentalisme-kapitalisme sebagai raksasa medernitas yang sesungguhnya. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda : “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”. Yang berarti tidak ada batasan untuk berguru dan belajar sekalipun dengan non-muslim yang sekarang mungkin bias dilakukan dengan mudah melalui media internet, asalkan input yang diperoleh tidak melanggar dan output yang dihasilkan dapat membawa kemaslahatan umat dan peradaban.

Dengan bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah, maka Pondok Pesantren At-Tajdid dituntut untuk bisa mewujudkan dan mengembangkan Dakwah Tajdid khususnya di lingkungan keluarganya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda